Kinerja perekonomian dalam jangka panjang akan merubah corak perekonomian
sebuah wilayah. Perubahan corak perekonomian suatu wilayah secara teoritis akan
bergerak dari apa yg biasa disebut sebagai perekonomian tradisional ke modern,
dari agraris ke non agraris, dari primer ke skunder, atau berbagai istilah lain
yang senada. Suatu wilayah/region akan mengalami transformasi struktural baik
secara alamiah ataupun atas adanya suatu rekayasa kebijakan yang mengarah pada
capaian tertentu.
Proses transformai struktural setidaknya ditandai oleh perubahan struktur
ekonomi dan struktur tenaga kerja. Sistem neraca nasional (system national
account) yang kini dipakai, membagi klasifikasi lapangan usaha pada nilai
produk domestik bruto (PDB) kedalam beberapa kategori, dalam rilis berita resmi
statistik (BPS) setidaknya ditampilkan 17 kategori, sebelumnya biasa dikemas
dalam 9 sektor lapangan usaha. Walaupun berbeda jumlah klasifikasi kategori lapangan
usaha, namun tata urutan penyajiannya tetaplah bermula dari kelompok sektor
primer (agriculture) kemudian kelompok sektor skunder (manufacture)
dan ditutup oleh sektor tersier (service). Tata urutan inilah yang
menjadi titik awal sebuah perekonomian mulai bertransformasi dalam jangka
panjang.
Pada awalnya pangsa sektor primer selalu lebih besar dari sektor sekunder
dan seterusnya tersier, ketika sebuah perekonomian dikatakan masih tradisional.
Besaran pangsa masing-masing kategori lapangan usaha dalam jangka pendek mungkin
cenderung bersifat konstan, tapi perlahan berubah mengikuti arah transformasi.Transformasi
struktural juga ditandai oleh perubahan struktur penggunaan tenaga kerja dalam
perekonomian. Hal ini terkait dengan daya serap masing-masing sektor ekonomi yang idealnya sejalan dengan perubahan
struktur ekonomi.
Menelisik data terakhir (2020), sektor pertanian masih menunjukkan
kinerja yang lebih baik dibanding sektor lain disaat pandemi membayang-bayangi.
Pada skala nasional, pangsa sektor ini bahkan meningkat sekitar 1 persen dari
tahun -tahun sebelumnya dari kisaran 13 persen menjadi 14 persen dalam
pembentukan PDB. Peningkatan pangsa sektor pertanian merambat lurus pada hampir
semua pergeseran pangsa sektor lain yang menyebabkan penurunan pangsa sektor
lain secara merata. Sementara itu, pangsa tenaga kerja sektor pertanian di
level nasional meningkat 2 persen dari tahun-tahun sebelumnya dari kisaran 28
persen menjadi 30 persen. Sektor ini terpaksa menyerap tenaga kerja lebih dari
2 kali lipat kontribusi nilai tambahnya dalam pembentukan PDB. Pola pergeseran
pangsa tenaga kerja tidak sama halnya dengan pergeseran pangsa nilai tambah
bruto. Penurunan pangsa tenaga kerja terjadi pada sektor-sektor
sekunder/manufaktur, sedangankan pada sektor-sektor tersier/jasa sedikit
mengalami kenaikan.
Potret data yang sama untuk Bengkulu, menunjukkan bahwa sektor pertanian
memberikan kontribusi sebesar 28,36 persen pada pembentukan PDRB tahun 2020,
sedikit lebih tinggi dibanding tahun 2019 (28,17 persen) namun lebih rendah
dari tahun 2018 (28,66 persen). Dengan kata lain sebenarnya bisa dikatakan
kontribusi sektor ini relatif konstan. Hal senada juga terjadi pada
sektor-sektor yang lain, atau secara umum dapat juga dikatakan bahwa
tidak/belum terjadi transformasi struktur ekonomi dalam kurun waktu tiga tahun
tersebut.
Bagaimana dengan tenaga kerja ? Pangsa tenaga kerja sektor pertanian
tercatat sebesar 46,88 persen di tahun 2020, sebuah angka yang menggambarkan
dominasi penggunaan tenaga kerja. Angka ini meningkat lebih dari 2 persen
dibanding kondisi 2019 (44,65 persen), namun turun lebih dari 3 persen
dibanding tahun 2018 (49,98 persen). Jika pada 2019 (sebelum pandemi) sektor
pertanian terpaksa menyerap tenaga kerja 1,58 kali kontribusi nilai tambah nya
dan ini lebih kecil dari tahun sebelumnya (1,74 kali), pandemi mengakibatkan
sektor pertanian dipaksa kembali meningkatkan penyerapan tenaga kerja menjadi
1,65 kali dari pangsa PDRB nya.
Sektor perdagangan merupakan sektor dengan kontribusi PDRB terbesar
berikutnya yang juga terpaksa menyerap tenaga kerja lebih besar dari
kemampuannya menyumbangkan nilai tambah. Dengan kontribusi PDRB sekitar 14
persen, sektor ini memiliki pangsa tenaga kerja sekitar 16 persen. Kontribusi
kedua sektor ini (pertanian & perdagangan) dalam penyerapan tenaga kerja
mencapai lebih dari 63 persen namun hanya membentuk nilai tambah sekitar 43
persen. Catatan khusus untuk sektor pertanian pada masa pandemi adalah bahwa
terjadinya peningkatan pangsa tenaga kerja tidak menyebabkan peningkatan pada
pangsa PDRB walaupun laju pertumbuhannya menunjukkan tren positif (0,38
persen).
Beberapa pemerhati mengatakan bahwa pandemi memperlihatkan betapa
tangguhnya sektor pertanian. Tetap tumbuh positif ketika yang lain mengalami
kontraksi. Pandemi membuat proses transformasi struktural menjadi terhambat
bahkan mungkin membuatnya berbalik arah. Jika demikian halnya, yang patut
menjadi pertanyaan adalah apakah benar sektor pertanian telah teruji
ketangguhannya oleh pandemi ? Atau sebenarnya semata hanya tempat pelarian ?
Pasat jalan karena ditempuh. Jikalau tersesat kembalilah ke pangkal. Setinggi apapun bangau terbang, pastikan kembali. Dari pertanian “proses transformasi” bermula, jadikan sebagai pijakan dan jangan sekedar pelarian.