Serangkaian kebijakan terkait penanggulangan dampak corona virus
disease (covid19) coba diterapkan oleh pemerintah dalam beberapa
hari terakhir. Kebijakan utama tentu pada sisi yang berkaitan langsung dengan
sumber masalah, yaitu kesiapan sarana dan prasarana kesehatan serta segala
sesuatunya. Karantina wilayah, social distancing,
lockdown city, work from home (WFH) dan atau yang sejenis
dengan itu, pun ikut diterapkan. Alih-alih memberi dampak pada pencegahan
perluasan penularan, beberapa waktu kedepan juga harus dicermati pengaruhnya
terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Mobilitas penduduk dipastikan akan
cenderung menurun, dan bisa berakibat pada perlambatan kinerja perekonomian. Saat
ini memang belum terlihat secara jelas besaran nilai perlambatan ekonomi di
tingkat regional, nyaris tak terlihat seperti halnya pergerakan covid19
yang terkadang masih sulit dilacak. Bengkulu bahkan menjadi wilayah terakhir yg
terkategori terpapar wabah ini.
Rilis Berita Resmi
Statistik (BRS) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) awal bulan ini menyebutkan
bahwa Bengkulu tercatat justru mengalami deflasi sebesar 0,02 persen
pada Maret 2020, berbeda dengan angka nasional yang mengalami inflasi 0,76
persen. Komoditas utama dalam andil deflasi Bengkulu bulan ini disumbang oleh “angkutan
udara” sebesar 0,1145 persen. Hal ini disebabkan oleh penurunan tiket angkutan
udara, namun demikian arus lalu lintas udara malah terkesan cenderung mengalami
penurunan. Jumlah penumpang pesawat mengalami penurunan sekitar 1,5 persen dari
66.477 orang pada januari turun menjadi 65.481 orang pada februari. Frekwensi
penerbangan turun sekitar 3,57 persen, sementara jumlah barang yang diangkut
juga turun 16,25 persen. Penurunan harga (tiket) tidak terlihat memberikan efek
peningkatan permintaan, fenomena yang tidak biasa dalam mekanisme pasar. Memang
masih terlalu dini untuk menjustifikasi ini sebagai dampak dari terapan
berbagai kebijakan sebagaimana disebutkan diatas. Konsumen seolah menahan diri
atau tertahan untuk tidak meningkatkan permintaan atas barang/jasa (baca:tiket)
yang dijual lebih murah dari biasanya.
Satu lagi catatan
menarik dari BRS yang juga dirilis BPS, dimana disebutkan masih meningkatnya tingkat
penghunian kamar (TPK) hotel di Bengkulu. Peningkatan terjadi 15,3 persen poin
dari 43,11 persen pada januari menjadi 58,41 persen pada februari. Dalam hal
ini apakah merebaknya covid19 belum/tidak memberi pengaruh pada tingkat
hunian hotel ? Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya ( year
on year) sebenarnya akan terlihat adanya penurunan. TPK pada februari 2019
tercatat sebesar 68,27 persen, artinya ada penurunan tingkat hunian hotel bulan
ini sebesar 9,86 persen dibandingkan bulan fenruari tahun lalu. Sekali lagi,
ini juga masih terlalu dini untuk menganggapnya sebagai dampak tidak langsung
dari covid19. Neraca perdagangan luar negeri juga masih terlihat surplus
dalam dua bulan terakhir, walaupun juga terukur nilai surplus februari tidak
lebih besar daripada nilai surplus bulan januari.
Tanpa
mengesampingkan keseriusan Gugus Tugas penanggulangan covid19 dengan
berbagai kesiapsiagaannya menghalau perluasan penularan wabah, kiranya sisi
sosial ekonomi pun patut disiagakan. Sektor perdagangan dan jasa yang bisa jadi
akan terpapar lebih dulu, selanjutnya akan memberikan multiplier effect
kedalam keseluruhan model keseimbangan umum perekonomian. Sisi penawaran secara
agregat harus mampu mengatasi sisi permintaan agregat. Momentum untuk menjaga
stabilitas neraca keseimbangan umum sepertinya sudah sangat dekat. Mungkin
sudah saatnya pemerintah mengambil bagian besar peran tersebut.
Negara hadir dan menenangkan
adalah harapan besar masyarakat, terlebih lagi jika mampu menyenangkan. Apapun
yang terjadi, negeri ini harus tetap bergerak. Nafas perekonomian harus tetap
berdetak. Bangsa ini harus menepis keraguan akan kemampuan dan kesiapsiagaan
melawan wabah. Kebertuhanan yang melandasi ideologi merupakan kekuatan besar
bangsa ini untuk keberlanjutan kehidupan berbangsa dan bernegara. Meski masih
berupa bayang-bayang, ilusi dampak sosio ekonomi harus bisa ditepis. Kali ini
biarkan pemerintah mengambil peran lebih, demi menjaga detak.
https://www.wordpers.id/menepis-dampak-di-tengah-wabah-covid-19/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar