Senin, 26 Januari 2015

Pembangunan Manusia di Provinsi Jambi

Keberhasilan kinerja pembangunan manusia dapat dipandang dari perbedaan laju pertumbuhan IPM yaitu jarak antara apa “yang telah dicapai” dengan “yang harus dicapai” yang diukur dengan reduksi shortfall. Nilai reduksi shortfall yang lebih besar menandakan peningkatan IPM yang lebih cepat. Namun pengukuran ini didasarkan pada asumsi bahwa perubahan tidak bersifat linear melainkan cenderung melambat pada tingkat IPM yang lebih tinggi. Ilustrasi grafis reduksi shortfall memperlihatkan betapa kedua kota (Jambi dan Sungai Penuh) masih terus memacu percepatan walaupun keduanya sudah berada diperingkat tertinggi IPM. Sebuah upaya besar diperlihatkan oleh kabupaten Tebo untuk mengejar ketertinggalan sementara kabupaten Kerinci dan Batang Hari terlihat sudah kesulitan memacu kecepatan atau mungkin terlena karena sudah merasa diatas. Tanjung Jabung Timur dengan nilai IPM yang masih relatif rendah, semestinya berupaya jauh lebih keras untuk mengejar ketertinggalan.
Belajar dari keberhasilan kedua kota yang telah lebih dulu maju, maka fasilitas dan aksesibilitas menjadi prasyarat terpacunya pembangunan manusia sebagai upaya memperluas pilihan bagi masyarakat. Belajar dari kultur masyarakat kabupaten Kerinci, semangat membangun kembali kampung halaman harus tertanam sebagai bentuk nasionalisme kebangsaan. Paradigma pembangunan manusia pada akhirnya juga tidak bisa lepas dari pertumbuhan ekonomi.
Semoga tulisan ini menginspirasi para pengambil (calon pengambil) kebijakan untuk mewujudkan JAMBI yang lebih baik.
publish@mediajambi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

buku ketiga

Analisi model Input Output (IO) memusatkan perhatian pada perekonomian dalam sebuah kondisi ekuilibirium dan model ini merupakan varian terb...