Keberhasilan kinerja
pembangunan manusia dapat dipandang dari perbedaan laju pertumbuhan IPM yaitu
jarak antara apa “yang telah dicapai” dengan “yang harus dicapai” yang diukur
dengan reduksi shortfall. Nilai reduksi shortfall yang lebih besar
menandakan peningkatan IPM yang lebih cepat. Namun pengukuran ini didasarkan
pada asumsi bahwa perubahan tidak bersifat linear melainkan cenderung melambat
pada tingkat IPM yang lebih tinggi. Ilustrasi grafis reduksi shortfall memperlihatkan betapa kedua kota (Jambi dan
Sungai Penuh) masih terus memacu percepatan walaupun keduanya sudah berada
diperingkat tertinggi IPM. Sebuah upaya besar diperlihatkan oleh kabupaten Tebo
untuk mengejar ketertinggalan sementara kabupaten Kerinci dan Batang Hari
terlihat sudah kesulitan memacu kecepatan atau mungkin terlena karena sudah
merasa diatas. Tanjung Jabung Timur dengan nilai IPM yang masih relatif rendah,
semestinya berupaya jauh lebih keras untuk mengejar ketertinggalan.
Belajar dari
keberhasilan kedua kota yang telah lebih dulu maju, maka fasilitas dan
aksesibilitas menjadi prasyarat terpacunya pembangunan manusia sebagai upaya
memperluas pilihan bagi masyarakat. Belajar dari kultur masyarakat kabupaten
Kerinci, semangat membangun kembali kampung halaman harus tertanam sebagai
bentuk nasionalisme kebangsaan. Paradigma pembangunan manusia pada akhirnya
juga tidak bisa lepas dari pertumbuhan ekonomi.
Semoga tulisan ini menginspirasi
para pengambil (calon
pengambil)
kebijakan untuk mewujudkan JAMBI yang lebih baik.
publish@mediajambi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar